Pengenalan
Daftar Blog Lainnya
Kategori
Alexa Rank

Analisis Film Soekarno

Analisis Film Soekarno
Sinopsis Film Soekarno
Sutradara   : Hanung Bramantyo
Produser   : Raam Punjabi
Pemain   : Ario Bayu, Lukman Sardi, Ferry Salim, Maudy Kusnaedi, Agus Kuncoro, Sujiwo Tejo, Tika Bravani, Ferry Salim
Genre   : Drama, Biografi
Durasi   : 137 menit
Tanggal Rilis   : 11 Desember 2013
 
Soekarno kecil dahulu bernama Kusno, namun karena tubuhnya kurus dan sakit-sakitan, nama tersebut diganti Soekarno oleh ayahnya. Dengan nama baru itu, ayahnya berharap dia akan menjadi ksatria layaknya Adipati Karno. Waktu berlalu, Soekarno menjadi pemuda yang aktif dan mengguncang podium politik.
 
Karena terlalu 'vokal' dan berani, dia akhirnya dijebloskan dalam penjara. Dia dituduh menghasut dan memberontak seperti Komunis. Tapi keberanian Soekarno tidak pernah padam. Dia makin menggugat. Pledoinya yang sangat terkenal, Indonesia Menggugat, membuat dia dibuang ke Ende, lalu Bengkulu.
 
Di kota itu Soekarno rehat sejenak dari politik. Dia jatuh hati pada gadis cantik bernama Fatmawati. Padahal saat itu Soekarno masih menjadi suami Inggit Garnasih, perempuan yang selalu menjadi perisai baginya tatkala di penjara dan dibuang. Inggit harus rela melihat sang suami tercinta jatuh hati pada gadis lain. 
 
Di tengah kemelut rumah tangganya, Jepang datang memulai peperangan Asia Timur Raya. Birahi politiknya kembali menguat. Belanda takluk oleh Jepang. Sesuatu yang dulu dianggap raksasa bagi Soekarno, kini lenyap. Kemerdekaan Indonesia seolah di ambang mata.
 
Sementara itu Hatta dan Sjahrir, saingan politik Soekarno di masa muda mengingatkan bahwa Jepang tidak kalah bengisnya dengan Belanda. Tapi Soekarno punya sudut pandang berbeda. "Jika kita cerdik, kita bisa memanfaatkan Jepang untuk upaya meraih kemerdekaan Indonesia" kata Soekarno. Hatta terpengaruh. Tapi Sjahrir tidak. 
 
Di atas kereta kuda, haji Cokroaminoto berpesan kepada Soekarno muda : "Manusia itu sama misteriusnya dengan alam, tapi jika kau bisa menggenggam hatinya, mereka akan mengikutimu". Kalimat itu selalu dipegang Soekarno untuk mewujudkan mimpinya,
Indonesia Merdeka!
 
 
Analisa Film Soekarno
 
Disini saya akan menulis mengenai isi dan pandangan pribadi saya mengenai isi dari film ini. Saya akan mengkritisi film ini namun saya juga memuji film ini atas capaian-capaiannya.
 
Film ini sebagaimana tipikal film-film Indonesia pada umumnya, yakni mudah dimengerti. Alur film ini sangat mudah ditebak apalagi bagi yang mengetahui sejarah Indonesia pada periode kemerdekaan.
 
Saya apresiasi cukup tinggi bagi para kru dan pemain film ini yang bekerja keras membuat karakter Soekarno dan tokoh lainnya senyata mungkin. Karakter dan penokohan Soekarno yang diperankan oleh Ario Bayu dalam film ini terasa kuat namun terkesan sangat gloomy. Dalam film ini Soekarno sering digambarkan dalam situasi galau, murung, dan tertekan. Efek penuansaan dalam film ini pun didominasi dengan pencahayaan yang gelap sehingga kesan murung pada sosok Soekarno sebagai tokoh utama semakin terasa. Padahal kita mengenal Soekarno merupakan sosok yang kharismatik dan tegas.
Seharusnya film ini lebih banyak menampilkan sisi ketegasan Soekarno bukan sisi murung dan galaunya. Hal ini membuat kesan Soekarno dalam film ini sebagai tokoh yang lemah.  Namun diluar itu menurut saya Ario Bayu sudah cukup pas dan baik dalam menjalankan perannya.
 
Sedangkan untuk pemeran lainnya saya juga apresiasi. Saya salut dengan pemilihan Maudy Kusnaedi dan Tika Bravani sebagai Inggit dan Fatma. Maudy yang lebih tua 17 tahun dari Sukarno memerankan sosok Inggit yang tegar dan sangat dewasa. Hasilnya pun SEMPURNA! Selain itu Tika sebagai pemeran Ibu Fatma yang usianya terpaut kurang lebih sepuluh tahun lebih muda dari Sukarno juga sangat baik dalam menjalankan perannya. Kredit lebih bagi Tika dalam memerankan Fatma terlebih karena Ia mampu menunjukkan Ia masih sangat muda ketika itu dan mampu terlihat childish di hadapan Soekarno. Ia juga sangat baik dalam berbahasa Sumatera selayaknya Ibu Fatma karena Tika juga asli berasal dari Padang.
 
Namun, di dalam film ini terdapat banyak tokoh yang berseliweran di layar sehingga membingungkan penonton. Akan lebih baik bila ada keterangan subtitle saat tokoh-tokoh itu muncul untuk pertama kalinya di layar. Satu yang saya heran, Mr. Muhammad Yamin yang diberi peran penting di masa Orde Baru bahkan disebut sebagai perumus naskah Pancasila sama sekali tak ditampilkan.
 
Tapi melihat banyaknya tokoh sejarah yang muncul film ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia didirikan oleh banyak orang yang menyadari arti pentingnya bersatu. Soekarno dan Hatta juga ditampilkan beberapa kali berbeda pendapat, tapi mampu mengesampingkannya demi kepentingan bangsa yang lebih besar. Menariknya, tampak bahwa Kartosuwiryo ternyata pernah sama-sama indekost bersama Soekarno di rumah HOS Cokroaminoto. Di kemudian hari, ia memberontak kepada Republik Indonesia dengan memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII). Juga tampak ada pertentangan ideologis dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Tapi semua itu mampu mengerucut kepada satu tujuan: demi Indonesia Raya.
 
Penggambaran detail penggunaan properti di film ini ciamik. Mobil dan motor di era itu dihidupkan kembali. Seragam tentara Belanda dan Jepang cukup bagus, demikian pula senjatanya. Penggunaan bahasa selain bahasa Indonesia yaitu bahasa Jawa kromo inggil, bahasa Belanda dan bahasa Jepang rinci. Aktornya pun cukup fasih mengucapkan seolah itu bahasa ibunya. Apalagi ditambah adanya beberapa aktor yang memang orang asing. Beberapa barang era itu juga tampak realistis, seperti gramofon.
Namun, ada beberapa pertanyaan kecil di benak, seperti penggunaan stopmap yang tampak berkali-kali di film ini. Sepertinya model begitu baru ada di tahun 1960-an. Di film Soekarno ini juga tak tampak jelas ada penggambaran tahun berapa saat itu seperti dari kalender, kecuali satu scene saja yang memperlihatkan sepintas dari selebaran “Oetoesan Hindia”. Sebagian besar pengetahuan  penonton soal tahun kejadian didapat dari keterangan di subtitle.
 
Detil sejarahnya cukup rinci. Salah satu kekuatan utama dalam film ini adalah detil sejarah yang rinci dan tidak banyak orang yang tau. Menurut saya, film ini berbeda dengan film Indonesia kebanyakan karena disertai dengan riset yang cukup mendalam dan melibatkan beberapa ahli sejarah. Dan hal ini memunculkan kepuasan bagi para penonton yang ingin melihat film ini dari sisi sejarahnya. Saya pun juga baru mengetahui mengenai beberapa fakta sejarah mengenai Soekarno dari film ini. Seperti misalnya ada fakta bahwa Riwu, anak angkat Sukarno, pada akhirnya menyusul Inggit ketimbang ikut tinggal bersama Soekarno, dan masih banyak lagi.
 
Terakhir, penggunaan footage film dokumenter sejarah asli juga bagus. Mampu berpadu apik dengan film baru rekayasa sutradara Hanung Bramantyo ini. Adegan menjelang proklamasi juga cukup detail. Hanya saja saya mempertanyakan kenapa justru saat pembacaannya hanya tampak layar gelap disertai subtitle teks proklamasi disertai diperdengarkannya suara asli Soekarno? Apakah disensor atau kenapa? Kalau pun adegan pembacaan yang dibuat baru di film ini dianggap kurang sesuai, tampilkan saja foto asli proklamasi yang dibuat oleh Alex Mendur dari IPPHOS.
 
Namun, secara keseluruhan jika saya bandingkan dengan film-film Indonesia lainnya film Soekarno ini adalah salah satu film terbaik yang pernah saya tonton. Toh, di balik semua kekurangan apalagi perseteruan dengan Rachmawati Soekarnoputri, film ini patut diacungi jempol. Juga terlihat bahwa film ini dibuat dengan proses yang cukup matang dan dengan persiapan yang maksimal terutama ini karena sosok Bung Karno yang memang kontroversial. Ia dipuja, tapi juga dibenci oleh sebagian kelompok masyarakat, terutama pendukung Orde Baru. Secara apik film ini mampu masuk ke penuturan sejarah tanpa perlu memihak. Saya hanya berharap film ini mampu membuka wawasan masyarakat Indonesia mengenai sisi lain Soekarno. Selain itu film ini juga merupakan gerbang bagi anak-anak dan remaja untuk kembali membuka mata dan membaca-baca buku dan teks sejarah. 
Format Lainnya : PDF | Google Docs | English Version
Diposting pada : Selasa, 15 Juli 14 - 23:11 WIB
Dalam Kategori : ANALISIS, FILM SOEKARNO
Dibaca sebanyak : 11165 Kali
Tidak ada komentar pada blog ini...
Anda harus Login terlebih dahulu untuk mengirim komentar
Facebook Feedback